Teori
belajar sosiokultural ini dipelopori oleh Lev Vygotsky, teori ini berfokus pada
bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona
keterbatasan dirinya yaitu Zona
Proksimal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi.
Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami
sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga teori ini menunjukkan
bahwa kepintaran seseorang berasal dari masyarakat, lingkungan, dan buadayanya.
Jadi perolehan kognitif seseorang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan
sosialnya.
-Kegunaan
alat berfikir menurut Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
3. Memperluas kemampuan
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas
alaminya.
-Inti
dari teori belajar sosiokultur ini adalah penggunaan alat berfikir seseorang
yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial budayanya.
Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya kemampuan yang
dimiliki oleh setiap individu.
-Teori
belajar sosiokultur meliputi tiga konsep utama, yaitu :
a.
Hukum Genetik tentang Perkembangan
Perkembangan
seseorang melewt 2 tataran yaitu tataran sosial mengenai tempat lingkungan
sosialnya yang membentuk kepribadian mereka, dan tataran sosial dalam diri orang
tersebut.
Teori
sosiokultur ini menyebutkan bahwa lingkungan sosial sebagai faktor utama
terhdap pembentukan pengetahuan dan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini bahwa
kematangan merupakan prasyarat untuk kesempurnaan berfikir. Secara spesifik,
namun demikian ia tidak yakin bahwa kematangan yang terjadi secara keseluruhan
akan menentukan kematangan selanjutnya.
b.
Zona Perkembangan Proksimal
Zona
perkembangan proksimal sebagai jarak antara level perkembangan aktual seperti
yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara individu dan level perkembangan
potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu. Jadi
ZPD ini merupakan zona individu dapat belajar dengan teman sebaya, orang dewasa
yang lebih ahli dan memiliki kemampuan lebih daripadanya. Sehingga perkembangan
anak bergantung pada interaksi sosial yang penuh, di mana keahlian dapat
diperoleh dengan bimbingan oraang dewasa atau kolaborasi antar kawan sebaya
ataupun orang yang lebih faham melampaui apa yang difahaminya. Jadi yang
awalnya tidak bisa menjadi bisa akibat adanya bantuan yang diberi oleh orang
lain. Seperti belajar menali sepatu, mengancingkan baju, dll. Terdapat 4
tahapan ZPD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran yaitu :
Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau
dibantu orang lain.
Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas
inisiatif sendiri.
Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan
terinternalisasi.
Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus
diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak.
c. Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang
digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis
mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu, (1) tema mediasi semiotik
di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal
yang belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham
untuk membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham
terhadap hal yang dimaksudkan; (2) scaffalding di mana seseorang untuk
memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang memang sudah
ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang
tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan kepada
orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.
-Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori
sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a. Pendidikan informal (keluarga) : Anak
pertama kali memperoleh pendidikan dari keluarganya, jadi lingkungan keluarga
sangat berpengaruh pada perkembangan anak dalam memperoleh dan memahami pengetahuan.
Oleh karena itu perkembangan perilaku masing-masing anak akan berbeda manakala
berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang
tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya. Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses
belajarnya. Misal dibelikan buku bacaan maka orangtua juga harus membantu dan belajar membaca bersama anak.
b. Pendidikan nonformal: Pendidikan
nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik, dan menari.
Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang
di lingkungan sosial masyarakatnya.
c. Pendidikan formal. Aplikasi teori
sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara
lain:
1. -Siswa yang cannot
solve problem bisa
belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih
nyaman dan lebih terbuka.
-Siswa yang mampu solve problems independently harus ditingkatkan belajarnya
-Siswa yang mampu solve problems independently harus ditingkatkan belajarnya
2. Guru sebagai fasilitator,
mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Guru membantu
perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan dan
remedial pembelajaran. Jadi perhatian guru dipusatkan pada siswa yang belum
mampu memecahkan belajar sendiri. Guru perlu menyediakan
berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak, bantuan- bantuan
ini dikenal sebagai cognitive scaffolding, yang dapat berupa:
· Pemberian contoh-contoh
· Petunjuk/pedoman mengerjakan
· Bagan/alur
· Langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas
Bantuan-bantuan ini bisa juga diberikan oleh orang
dewasa atau teman yang lebih kompeten, hal ini sangat efektif untuk
meningkatkan prokdutifitas belajar dalam memahami alat2 semiotik, seperti
bahasa, tanda, dan lambing-lambang.
-Berdasarkan teori Piaget, Vygotsky,
dan Bandura akan diperoleh beberapa kelebihan dari teori sosiokultural, di
antaranya:
a. anak
memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
b. pembelajaran
perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat
perkembangan aktualnya;
c. pembelajaran
lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan
intermentalnya daripada kemampuan intramental;
d. anak
diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk
tugas-tugas atau pemecahan masalah;
e. proses
belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
-Kelemahan dari teori sosiokultural
yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang
tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar,
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati.
0 komentar:
Posting Komentar