Sabtu, 04 Maret 2017

TEORI REVOLUSI SOSIO KULTURAL DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


Teori belajar sosiokultural ini dipelopori oleh Lev Vygotsky, teori ini berfokus pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga teori ini menunjukkan bahwa kepintaran seseorang berasal dari masyarakat, lingkungan, dan buadayanya. Jadi perolehan kognitif seseorang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya.

-Kegunaan alat berfikir menurut Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
3. Memperluas kemampuan
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
-Inti dari teori belajar sosiokultur ini adalah penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.

-Teori belajar sosiokultur meliputi tiga konsep utama, yaitu :
a. Hukum Genetik tentang Perkembangan
Perkembangan seseorang melewt 2 tataran yaitu tataran sosial mengenai tempat lingkungan sosialnya yang membentuk kepribadian mereka, dan tataran sosial dalam diri orang tersebut.
Teori sosiokultur ini menyebutkan bahwa lingkungan sosial sebagai faktor utama terhdap pembentukan pengetahuan dan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini bahwa kematangan merupakan prasyarat untuk kesempurnaan berfikir. Secara spesifik, namun demikian ia tidak yakin bahwa kematangan yang terjadi secara keseluruhan akan menentukan kematangan selanjutnya.
b. Zona Perkembangan Proksimal
Zona perkembangan proksimal sebagai jarak antara level perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara individu dan level perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu. Jadi ZPD ini merupakan zona individu dapat belajar dengan teman sebaya, orang dewasa yang lebih ahli dan memiliki kemampuan lebih daripadanya. Sehingga perkembangan anak bergantung pada interaksi sosial yang penuh, di mana keahlian dapat diperoleh dengan bimbingan oraang dewasa atau kolaborasi antar kawan sebaya ataupun orang yang lebih faham melampaui apa yang difahaminya. Jadi yang awalnya tidak bisa menjadi bisa akibat adanya bantuan yang diberi oleh orang lain. Seperti belajar menali sepatu, mengancingkan baju, dll. Terdapat 4 tahapan ZPD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran yaitu :
Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak.
c. Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu, (1) tema mediasi semiotik di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan; (2) scaffalding di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang memang sudah ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan kepada orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.

-Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a. Pendidikan informal (keluarga) : Anak pertama kali memperoleh pendidikan dari keluarganya, jadi lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak dalam memperoleh dan memahami pengetahuan. Oleh karena itu perkembangan perilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya. Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses belajarnya. Misal dibelikan buku bacaan maka orangtua juga harus membantu dan belajar membaca bersama anak.
b. Pendidikan nonformal: Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik, dan menari. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c. Pendidikan formal. Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1. -Siswa yang cannot solve problem bisa belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih nyaman dan lebih terbuka.
-Siswa yang mampu solve problems independently harus ditingkatkan belajarnya 
2. Guru sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan dan remedial pembelajaran. Jadi perhatian guru dipusatkan pada siswa yang belum mampu memecahkan belajar sendiri. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak, bantuan- bantuan ini dikenal sebagai cognitive scaffolding, yang dapat berupa:
·               Pemberian contoh-contoh
·               Petunjuk/pedoman mengerjakan
·               Bagan/alur
·               Langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas
Bantuan-bantuan ini bisa juga diberikan oleh orang dewasa atau teman yang lebih kompeten, hal ini sangat efektif untuk meningkatkan prokdutifitas belajar dalam memahami alat2 semiotik, seperti bahasa, tanda, dan lambing-lambang.

-Berdasarkan teori Piaget, Vygotsky, dan Bandura akan diperoleh beberapa kelebihan dari teori sosiokultural, di antaranya:
a.      anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
b.      pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
c.       pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
d.      anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
e.      proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
-Kelemahan dari teori sosiokultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati.

0 komentar:

Posting Komentar

 
- Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template