Selasa, 14 Maret 2017

REFLEKSI DIRI DAY 12: INTELLIGENCE OR TALENT?

Refleksi diri day 12
Oleh : Ira Hayani

Pada pertemuan kali ini 13 Maret 2017 kami membahas mengenai teori kecerdasan ganda atau multiple intelligence, yang dipresentasikan oleh kelompok Izmi, dan Hanina. Hasil dari pembelajaran ini yaitu sebagai berikut.

Teori Kecerdasan Ganda atau Multiple Intelligences ini dikemukakan oleh Howard Gardner, yang menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7 macam kecerdasan. Namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi delapan macam kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Kedelapan jenis kecerdasan tersebut adalah:
1. Verbal/Linguistic Intelligence, dapat mengelola kata dengan baik, suka menghafal
2. Logical/mathematical Intelligence 
3. Visual/Spatial Intelligence , seniman
4. Bodily/kinesthetic Intelligences , individu aktif bergerak
5. Musical/Rhythmic Intelligence
6. Interpersonal Intelligence, dalam semester 4 ini kecerdasan interpersonal kami sangat diuji atau diasah, karena kecerdasan ini berhubungan dengan kepekaan sosial, mengigat pada semester ini banyak mata kuliah yang melibatkan kerjasama antar kelompok, seperti kelompok proyek genetika, dalam hal ini kecerdasan interpersonal seseorang akan terlihat apakah ia mampu berkerjasama dengan kelompok dan bersosialisasi.
7. Intrapersonal Intelligence 
8. Naturalist Intelligence

Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
  1. Orang tua murid, harus mengetahui bahwa kecerdasan tiap anak yang menonjol itu berbeda-beda sehingga tidak dapat dipaksakan pada seorang anak jika 
  2. Guru, guru tidak harus memiliki 8 kecerdasan dalam mengajar karena guru juga memiliki hanya beberapa kecerdasan yang menonjol, namun dalam mengajar guru harus bisa memahami bahwa murid memiliki kecerdasan yang berbeda
  3. Kurikulum dan fasilitas, dalam mengasah kecerdasan maka juga harus didukung dengan adanya fasilitas yang memadai misalnya untuk mengasah kecerdasan musikal, maka sekolah juga harus menyediakan ruang kelas kedap suara, dan alat musikal seperti piano, suling, gitar, dan sebagainya.
  4. Sistem penilaian
-Agar guru dapat mengimplementasikan teori kecerdasan dengan baik maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa dan kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional, jadi agar individu memiliki kecerdasan yang seimbang, meskipun ada satu kecerdasan saja yang menonjol
-     -Kelebihan teori ini yaitu pembelajaran jadi lebih fokus dalam kecenderungan kecerdasan dan menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan
        -Kelemahan teori ini bersifat personal sehingga lebih efektif digunakan untuk mengembangkan pembelajaran orang perorangan daripada pembelajaran massa, seperti les piano, membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga butuh biaya yang besar, dan memilik kontroversi seperti mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan, dan bakat
    -apakah perbedaan kecerdasan dengan bakat? talent dipengaruhi oleh intelegen, talen dimunculkan sebagai performance, jadi bakat tidak akan muncul apabila tidak belajar
       -cara melihat kecerdasan anak dilihat dari tes IQ psikolog
      -dalam teori ini, guru jangan hanya mengajar dengan ceramah karena dengan ceramah seorang guru tidak bisa melihat kecerdasan siswanya
     -lingkungan itu memperkuat bakat, jadi misalnya individu memliki intelligence musik, tetapi tidak ada moderat lingkungan nonkognitif personal dan fasilitas tidak memadai, maka bakat tersebut tidak akan muncul, jadi apabila mendukung maka individu tersebut akan memiliki performance yang bagus terhadap musik, yang muncul sebagai bakat. Terutama dorongan dari lingkungan keluarga, dan faktor lain yang mempengaruhi munculnya bakat adalah tingkat pendidikan orang tua.
       -kecerdasan ganda ini sebaiknya diajarkan pada sekolah menengah kebawah, karena pertumbuhan kognisi seseorang itu tumbuh bersama pertumbuhan fisik, jadi apabila sudah besar maka akan susah untuk merubahnya, jadi harus belajar mulai sejak kecil. Misal, (1) seorang siswa kelas 5 sd pintar berbahasa inggris dan siswa kelas 9 sma cukup dalam berbahasa inggris, maka ketika disuruh belajar bahasa inggris maka siswa kelas 5 sd akan cepat belajar daripada siswa kelas 9 (2) seorang anak sejak kecil sampai kelas 5 tinggal di jogja dan saat kelas 6 sampai umur 30 tinggal di malang, maka tetap logat anak tersebut masih mengikuti cara bicara logat jogjanya.

    semoga bermanfaat :)





 
Refleksi diri day 12
Oleh : Ira Hayani

Pada pertemuan kali ini 13 Maret 2017 kami membahas mengenai teori kecerdasan ganda atau multiple intelligence, yang dipresentasikan oleh kelompok Izmi, dan Hanina. Hasil dari pembelajaran ini yaitu sebagai berikut.

Teori Kecerdasan Ganda atau Multiple Intelligences ini dikemukakan oleh Howard Gardner, yang menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7 macam kecerdasan. Namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi delapan macam kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Kedelapan jenis kecerdasan tersebut adalah:
1. Verbal/Linguistic Intelligence, dapat mengelola kata dengan baik, suka menghafal
2. Logical/mathematical Intelligence 
3. Visual/Spatial Intelligence , seniman
4. Bodily/kinesthetic Intelligences , individu aktif bergerak
5. Musical/Rhythmic Intelligence
6. Interpersonal Intelligence, dalam semester 4 ini kecerdasan interpersonal kami sangat diuji atau diasah, karena kecerdasan ini berhubungan dengan kepekaan sosial, mengigat pada semester ini banyak mata kuliah yang melibatkan kerjasama antar kelompok, seperti kelompok proyek genetika, dalam hal ini kecerdasan interpersonal seseorang akan terlihat apakah ia mampu berkerjasama dengan kelompok dan bersosialisasi.
7. Intrapersonal Intelligence 
8. Naturalist Intelligence

Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
  1. Orang tua murid, harus mengetahui bahwa kecerdasan tiap anak yang menonjol itu berbeda-beda sehingga tidak dapat dipaksakan pada seorang anak jika 
  2. Guru, guru tidak harus memiliki 8 kecerdasan dalam mengajar karena guru juga memiliki hanya beberapa kecerdasan yang menonjol, namun dalam mengajar guru harus bisa memahami bahwa murid memiliki kecerdasan yang berbeda
  3. Kurikulum dan fasilitas, dalam mengasah kecerdasan maka juga harus didukung dengan adanya fasilitas yang memadai misalnya untuk mengasah kecerdasan musikal, maka sekolah juga harus menyediakan ruang kelas kedap suara, dan alat musikal seperti piano, suling, gitar, dan sebagainya.
  4. Sistem penilaian
-Agar guru dapat mengimplementasikan teori kecerdasan dengan baik maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa dan kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional, jadi agar individu memiliki kecerdasan yang seimbang, meskipun ada satu kecerdasan saja yang menonjol
-     -Kelebihan teori ini yaitu pembelajaran jadi lebih fokus dalam kecenderungan kecerdasan dan menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan
        -Kelemahan teori ini bersifat personal sehingga lebih efektif digunakan untuk mengembangkan pembelajaran orang perorangan daripada pembelajaran massa, seperti les piano, membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga butuh biaya yang besar, dan memilik kontroversi seperti mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan, dan bakat
    -apakah perbedaan kecerdasan dengan bakat? talent dipengaruhi oleh intelegen, talen dimunculkan sebagai performance, jadi bakat tidak akan muncul apabila tidak belajar
       -cara melihat kecerdasan anak dilihat dari tes IQ psikolog
      -dalam teori ini, guru jangan hanya mengajar dengan ceramah karena dengan ceramah seorang guru tidak bisa melihat kecerdasan siswanya
     -lingkungan itu memperkuat bakat, jadi misalnya individu memliki intelligence musik, tetapi tidak ada moderat lingkungan nonkognitif personal dan fasilitas tidak memadai, maka bakat tersebut tidak akan muncul, jadi apabila mendukung maka individu tersebut akan memiliki performance yang bagus terhadap musik, yang muncul sebagai bakat. Terutama dorongan dari lingkungan keluarga, dan faktor lain yang mempengaruhi munculnya bakat adalah tingkat pendidikan orang tua.
       -kecerdasan ganda ini sebaiknya diajarkan pada sekolah menengah kebawah, karena pertumbuhan kognisi seseorang itu tumbuh bersama pertumbuhan fisik, jadi apabila sudah besar maka akan susah untuk merubahnya, jadi harus belajar mulai sejak kecil. Misal, (1) seorang siswa kelas 5 sd pintar berbahasa inggris dan siswa kelas 9 sma cukup dalam berbahasa inggris, maka ketika disuruh belajar bahasa inggris maka siswa kelas 5 sd akan cepat belajar daripada siswa kelas 9 (2) seorang anak sejak kecil sampai kelas 5 tinggal di jogja dan saat kelas 6 sampai umur 30 tinggal di malang, maka tetap logat anak tersebut masih mengikuti cara bicara logat jogjanya.

    semoga bermanfaat :)





 

Minggu, 12 Maret 2017

TEORI KECERDASAN GANDA DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) merupakan teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner. Pada dasarnya, teori ini menggabungkan antara potensi-potensi otak kanan dan otak kiri sehingga potensi-potensi tersebut dapat berjalan optimal. Terdapat  sembilan jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda. Kesembilan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti dan ciri-ciri. Berikut kesembilan jenis kecerdasan menurut Gardner:

1. Verbal/Linguistic Intelligence : kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan membaca, menulis, berbicara, dan berkomunikasi.
2. Logical/mathematical Intelligence : kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan
dan logika secara efektif. Anak yang memiliki intelegensi matematis- logis menonjol, dapat dengan mudah melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan
mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan angka.
3. Visual/Spatial Intelligence  kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dimiliki para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang.
4. Bodily/kinesthetic Intelligences : kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor,
atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
5. Musical/Rhythmic Intelligence : kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan,
dan menikmati bentu-bentuk musik dan suara. Termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, mencipta lagu, dan kemampuan menikmati lagu, musik, dan nyanyian
6. Interpersonal Intelligence : kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap
perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.
7. Intrapersonal Intelligence : kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri.
8. Naturalist Intelligence : kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna
dengan baik. Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.
9. Existencial intelligence : kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

Poin-poin Kunci dalam Teori MI
Menurut teori multiple intelligences, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
(1) Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya rata-rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
(2) Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai; Kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
(3) Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkain : menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial), mengajukan protes ke wasit (linguistik dan interpersonal)
(4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Seseorang yang cerdas linguistik mungkin tidak pandai menulis, tetapi pandai bercerita dan berbicara secara memukau.

Penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran
-Pendidik perlu membantu tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan semua jenis kecerdasan mereka.
-Pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi perkembangan anak.
-Pendidik memiliki andil besar untuk membantu perkembangan inteligensi peserta didik.
-Setiap siswa memiliki inteligensi yang mungkin berbeda, sehingga siswa akan lebih mudah memahami pelajaran jika materinya disajikan sesuai dengan inteligensi yang menonjol dalam diri siswa. Misalnya, bila siswa menonjol dalam inteligensi musikal, ia akan mudah memahami mata pelajaran tertentu, misalnya biologi, jika dijelaskan dengan memasukkan unsur musik ke dalamnya. Jika siswa menonjol dalam inteligensi visual, ia akan lebih mudah menangkap pelajaran jika dijelaskan menggunakan bermacam-macam bentuk yang dapat diamati. Oleh karena inteligensi siswa di kelas beragam, maka guru dalam bidang studi apapun perlu memasukkan dan mengolah materi yang akan diajarkan sesuai dengan inteligensi siswa-siswa tersebut.
-Setiap guru mencoba mengenali inteligensi apa saja yang dimiliki anak didiknya
-Guru yang menonjol dalam inteligensi linguistik akan senang mengajar dengan menggunakan
model inteligensi itu, seperti berceramah, bercerita panjang lebar, dengan puisi, membaca, dan sebagainya. Guru yang inteligensi matematis logisnya menonjol akan lebih senang mengajar dengan menekankan cara pendekatan matematis-logis; secara sistematis, dengan skema, bagan, rumus, dan sebagainya. Guru tersebut jarang mengajar dengan menggunakan inteligensi kinestetik, interpersonal, ruang-visual, natural, atau lainnya, yang mungkin lebih cocok untuk siswa. Akibatnya, siswa yang tidak memiliki inteligensi sama dengan yang digunakan guru, kurang merasa terbantu secara baik dalam belajarnya. Bahkan bisa jadi siswa tersebut merasa tidak diajar apapun, karena guru mengajar dengan pendekatan yang cocok untuk dirinya sendiri.
-Pembelajaran disekolah saat ini cenderung menyeragamkan siswa sehingga siswa sulit mengembangkan potensi dirinya.
-Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa antara lain kemampuan lisnguistik, mathematic, sosial sience, dan natural sience, akan tetapi, kemampuan yang lain juga harus dieksplorasi demi kemajuan siswa.

Kelebihan Teori Kecerdasan Ganda
-Teori ini mampu mengeksplorasi semua kecerdasan manusia baik potensi yang ada dalam otak kiri dan kanan.
-Teori kecerdasan ganda mempunyai delapan komponen yang masing-masing dapat dioptimalkan melalui latihan.

Kelemahan Teori Kecerdasan Ganda
Teori Kecerdasan Ganda kurang memperhatikan moral. Padahal, moral merupakan aspek penting selain kecerdasan otak. Banyak kasus membuktikan bahwa kecerdasan otak yang tanpa diimbangi dengan kecerdasan moral hasilnya akan kurang baik.



Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) merupakan teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner. Pada dasarnya, teori ini menggabungkan antara potensi-potensi otak kanan dan otak kiri sehingga potensi-potensi tersebut dapat berjalan optimal. Terdapat  sembilan jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda. Kesembilan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti dan ciri-ciri. Berikut kesembilan jenis kecerdasan menurut Gardner:

1. Verbal/Linguistic Intelligence : kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan membaca, menulis, berbicara, dan berkomunikasi.
2. Logical/mathematical Intelligence : kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan
dan logika secara efektif. Anak yang memiliki intelegensi matematis- logis menonjol, dapat dengan mudah melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan
mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan angka.
3. Visual/Spatial Intelligence  kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dimiliki para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang.
4. Bodily/kinesthetic Intelligences : kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor,
atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
5. Musical/Rhythmic Intelligence : kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan,
dan menikmati bentu-bentuk musik dan suara. Termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, mencipta lagu, dan kemampuan menikmati lagu, musik, dan nyanyian
6. Interpersonal Intelligence : kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap
perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.
7. Intrapersonal Intelligence : kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri.
8. Naturalist Intelligence : kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna
dengan baik. Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.
9. Existencial intelligence : kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

Poin-poin Kunci dalam Teori MI
Menurut teori multiple intelligences, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
(1) Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya rata-rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
(2) Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai; Kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
(3) Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkain : menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial), mengajukan protes ke wasit (linguistik dan interpersonal)
(4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Seseorang yang cerdas linguistik mungkin tidak pandai menulis, tetapi pandai bercerita dan berbicara secara memukau.

Penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran
-Pendidik perlu membantu tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan semua jenis kecerdasan mereka.
-Pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi perkembangan anak.
-Pendidik memiliki andil besar untuk membantu perkembangan inteligensi peserta didik.
-Setiap siswa memiliki inteligensi yang mungkin berbeda, sehingga siswa akan lebih mudah memahami pelajaran jika materinya disajikan sesuai dengan inteligensi yang menonjol dalam diri siswa. Misalnya, bila siswa menonjol dalam inteligensi musikal, ia akan mudah memahami mata pelajaran tertentu, misalnya biologi, jika dijelaskan dengan memasukkan unsur musik ke dalamnya. Jika siswa menonjol dalam inteligensi visual, ia akan lebih mudah menangkap pelajaran jika dijelaskan menggunakan bermacam-macam bentuk yang dapat diamati. Oleh karena inteligensi siswa di kelas beragam, maka guru dalam bidang studi apapun perlu memasukkan dan mengolah materi yang akan diajarkan sesuai dengan inteligensi siswa-siswa tersebut.
-Setiap guru mencoba mengenali inteligensi apa saja yang dimiliki anak didiknya
-Guru yang menonjol dalam inteligensi linguistik akan senang mengajar dengan menggunakan
model inteligensi itu, seperti berceramah, bercerita panjang lebar, dengan puisi, membaca, dan sebagainya. Guru yang inteligensi matematis logisnya menonjol akan lebih senang mengajar dengan menekankan cara pendekatan matematis-logis; secara sistematis, dengan skema, bagan, rumus, dan sebagainya. Guru tersebut jarang mengajar dengan menggunakan inteligensi kinestetik, interpersonal, ruang-visual, natural, atau lainnya, yang mungkin lebih cocok untuk siswa. Akibatnya, siswa yang tidak memiliki inteligensi sama dengan yang digunakan guru, kurang merasa terbantu secara baik dalam belajarnya. Bahkan bisa jadi siswa tersebut merasa tidak diajar apapun, karena guru mengajar dengan pendekatan yang cocok untuk dirinya sendiri.
-Pembelajaran disekolah saat ini cenderung menyeragamkan siswa sehingga siswa sulit mengembangkan potensi dirinya.
-Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa antara lain kemampuan lisnguistik, mathematic, sosial sience, dan natural sience, akan tetapi, kemampuan yang lain juga harus dieksplorasi demi kemajuan siswa.

Kelebihan Teori Kecerdasan Ganda
-Teori ini mampu mengeksplorasi semua kecerdasan manusia baik potensi yang ada dalam otak kiri dan kanan.
-Teori kecerdasan ganda mempunyai delapan komponen yang masing-masing dapat dioptimalkan melalui latihan.

Kelemahan Teori Kecerdasan Ganda
Teori Kecerdasan Ganda kurang memperhatikan moral. Padahal, moral merupakan aspek penting selain kecerdasan otak. Banyak kasus membuktikan bahwa kecerdasan otak yang tanpa diimbangi dengan kecerdasan moral hasilnya akan kurang baik.


Sabtu, 11 Maret 2017

REFLEKSI DIRI DAY 11: DISCUSSION TODAY


Hari ini saya, Anggi, dan Mery menjadi presenter yang mempresentasikan materi mengenai teori revolusi sosio-kultural, berikut hasil diskusi hari ini.

Tokoh yang mendasari Teori Belajar belajar sosio-kultural :
-Piaget
      Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Dalam hal ini, faktor sekundernya adalah siswa lebih suka berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa.
      Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi atau faktor lingkungan hanya sekedar memudahkan belajar.
      Alasan Mendasar :
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif (tidak mampu menghasilkan apapun) dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. Pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.

-Vigotsky: menurut Vigotsky perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
-Tiga konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran :
(1) Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
(2) Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
(3) Mediasi

- Penerapan teori revolusi sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
  1. Pendidikan informal (keluarga): Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses belajarnya
  2. Pendidikan nonformal: membatik dan menari
  3. Pendidikan formal : siswa yang cannot solve problem bisa belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih nyaman dan lebih terbuka, guru memberikan bantuan yang dikenal sebagai cognitive scaffolding berupa prosedur, pemberian contoh, bagan.

PENGARUH SOSIO-KULTURAL PADA PERKEMBANGAN KOGNISI
      Pengaruh sosio: anak adalah seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, aktif, selalu ingin menemukan dan mengembangkan penegtahuan baru, perkembangan pertama dalam lingkup sosial individu  muncul sebagai interpsikological dan intrapsikological
      Pengaruh kultural: Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan: perkembangan Ontogenic, perkembangan Microgenic, perkembangan Phylogenic, perkembangan Sociohistorical

Hasil diskusi
-         -Kelemahan teori ini yaitu pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar dilihat secara langsung, misalnya seperti seseorang yang kehilangan uang, dia akan berpikir dalam otaknya bagaimana cara menemukan uangnya, kemudian ditunjukkan dengan perilakunya yang langsung menunjukkan aksi yaitu mencari uang tersebut, dari hal ini maka tidak bisa dilihat langsung cara pemecahan masalah dalam otaknya karena bersifat abstrak.
-         -Homeschooling merupakan aplikasi penerapan teori sosio-kultural dalam ranah pendidikan formal, karena meskipun belajar dalam lingkungan rumah, proses pembelajaran dilakukan secara terstruktur jadi tidak secara spontan, seperti saat belajar dengan orang tua yang diperoleh kapanpun dan dimanapun, juga selain itu pada homeschooling ada orang yang sebagai pendidik yaitu guru ahli yang didatangkan kerumah dan peserta didik yaitu anak yang diajari.
-        - Perbedaan kata diamati dan dilihat, jika diamati maka bisa diukur juga diamati itu melibatkan seluruh indra, sedangkan dilihat itu hanya bisa dilihat dengan mata dan tidak dapat diukur, sehingga untuk mengukurnya menggunakan pemberian test problem solving.
-         -Tidak ada istilah konsep dalam belajar perilaku, istilah konsep baru muncul ketika teori meaningfull learning.
-         -Contoh berpikir deduktif: pepohonan disekitar sekolah berwarna hijau karena memiliki klorofil, maka ketika ia menjumpai pohon dijalan dan ditanyai maka anak tersebut akan menjawab seperti itu pula.
-        - Pada teori perilaku tidak ada pemecahan masalah, karena hanya dilihat siswa tersebut ada perubahan atau tidak, sedangkan pada teori kognitif berbeda, jadi apabila besok siswa tersebut di tes maka harus bisa menjawab.
-         -Apabila siswa kelas 1 smp disuruh membuat definisi dari suatu hal, maka hal tersebut tidak meaningfull learning karena membuat siswa hanya untuk menghafal, karena definisi itu abstraksi dari suatu fenomena, sedangkan siswa smp itu cara belajarnya belajar konkrit.
-         -Contoh pembelajaran kontruktivisme yaitu kolaborasi siswa membuat peta konsep suatu materi, karena misal seorang siswa sudah membuat peta konsep dan pikirannya sudah mentok, maka agar pemikiran siswa tersebut berkembang maka butuh melihat buku dari berbagai sumber, juga mengajak teman-temannya untuk membuat bersama peta konsep, jadi semakin banyak teman yang meluangkan pikirannya maka akan semakin  berkembang juga pemikiran siswa tersebut
-         -Perbedaan instrumen tools dengan method, ketika yang dibahas mengenai ppt, maka ppt termasuk tools karena merupakan alat untuk membantu siswa melakukan presentasi, observasi juga termasuk tools
-       - Jika seorang guru akan melakukan penelitian untuk mengidentifikasi siswa dalam menggunakan mikroskop untuk mengamati sel, maka metodenya yaitu studi kasus bukan obeservasi, karena observasi termasuk tools bukan metode.
-         -Ciri eksperimen ada perlakuan dan ada pengujian hipotesis, hipotesis  merupakan penjelasan tentatif dari hubungan 2 variabel atau lebih, dilihat dari aspek teoritis. Contoh: (1) guru memberit tugas kepada siswa untuk membaca tentang bab virus, besoknya guru menanyakan kepada siswa, kemudian siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban, jawaban yang dinyatakan oleh siswa tersebut bukan hipotesis, yang dilakukan guru tersebut merupakan pengajaran untuk mengecek kesiapan siswa dalam belajar (prior learning). (2) guru menanyakan kepada siswa, di lingkungan sekolah, tumbuhan apa yang banyak tumbuh, tumbuhan dikotil ataukah monokotil, kemudian siswa menjawab banyak tumbuhan dikotil setelah melihat sekeliling, jawabannya tersebut hanya dugaan bukan hipotesis. (3) guru menanyakan cepat mana yang melakukan fotosintesis, daun tumbuhan berwarna hijau ataukah kuning, kemudian siswa menjawab tumbuhan yang berwarna hijau karena semakin tua semakin cepat proses fotosintesisnya, jawaban dari siswa tersebut termasuk hipotesis karena ada hubungan dua variabel dan berdasarkan teori yang ada. Jadi saat membangun hipotesis landasannya harus dicari dan dibangun dari teori, bukan harus ada pengaruh.
-         -Mengamati dan mengobservasi itu beda, contoh: menonton video bukan termasuk observasi, dikatakan observasi apabila video tersebut dibongkar dan diteliti.
-         -Pembelajaran prosedur termasuk operasional konkret




Hari ini saya, Anggi, dan Mery menjadi presenter yang mempresentasikan materi mengenai teori revolusi sosio-kultural, berikut hasil diskusi hari ini.

Tokoh yang mendasari Teori Belajar belajar sosio-kultural :
-Piaget
      Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Dalam hal ini, faktor sekundernya adalah siswa lebih suka berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa.
      Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi atau faktor lingkungan hanya sekedar memudahkan belajar.
      Alasan Mendasar :
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif (tidak mampu menghasilkan apapun) dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. Pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.

-Vigotsky: menurut Vigotsky perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
-Tiga konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran :
(1) Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
(2) Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
(3) Mediasi

- Penerapan teori revolusi sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
  1. Pendidikan informal (keluarga): Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses belajarnya
  2. Pendidikan nonformal: membatik dan menari
  3. Pendidikan formal : siswa yang cannot solve problem bisa belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih nyaman dan lebih terbuka, guru memberikan bantuan yang dikenal sebagai cognitive scaffolding berupa prosedur, pemberian contoh, bagan.

PENGARUH SOSIO-KULTURAL PADA PERKEMBANGAN KOGNISI
      Pengaruh sosio: anak adalah seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, aktif, selalu ingin menemukan dan mengembangkan penegtahuan baru, perkembangan pertama dalam lingkup sosial individu  muncul sebagai interpsikological dan intrapsikological
      Pengaruh kultural: Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan: perkembangan Ontogenic, perkembangan Microgenic, perkembangan Phylogenic, perkembangan Sociohistorical

Hasil diskusi
-         -Kelemahan teori ini yaitu pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar dilihat secara langsung, misalnya seperti seseorang yang kehilangan uang, dia akan berpikir dalam otaknya bagaimana cara menemukan uangnya, kemudian ditunjukkan dengan perilakunya yang langsung menunjukkan aksi yaitu mencari uang tersebut, dari hal ini maka tidak bisa dilihat langsung cara pemecahan masalah dalam otaknya karena bersifat abstrak.
-         -Homeschooling merupakan aplikasi penerapan teori sosio-kultural dalam ranah pendidikan formal, karena meskipun belajar dalam lingkungan rumah, proses pembelajaran dilakukan secara terstruktur jadi tidak secara spontan, seperti saat belajar dengan orang tua yang diperoleh kapanpun dan dimanapun, juga selain itu pada homeschooling ada orang yang sebagai pendidik yaitu guru ahli yang didatangkan kerumah dan peserta didik yaitu anak yang diajari.
-        - Perbedaan kata diamati dan dilihat, jika diamati maka bisa diukur juga diamati itu melibatkan seluruh indra, sedangkan dilihat itu hanya bisa dilihat dengan mata dan tidak dapat diukur, sehingga untuk mengukurnya menggunakan pemberian test problem solving.
-         -Tidak ada istilah konsep dalam belajar perilaku, istilah konsep baru muncul ketika teori meaningfull learning.
-         -Contoh berpikir deduktif: pepohonan disekitar sekolah berwarna hijau karena memiliki klorofil, maka ketika ia menjumpai pohon dijalan dan ditanyai maka anak tersebut akan menjawab seperti itu pula.
-        - Pada teori perilaku tidak ada pemecahan masalah, karena hanya dilihat siswa tersebut ada perubahan atau tidak, sedangkan pada teori kognitif berbeda, jadi apabila besok siswa tersebut di tes maka harus bisa menjawab.
-         -Apabila siswa kelas 1 smp disuruh membuat definisi dari suatu hal, maka hal tersebut tidak meaningfull learning karena membuat siswa hanya untuk menghafal, karena definisi itu abstraksi dari suatu fenomena, sedangkan siswa smp itu cara belajarnya belajar konkrit.
-         -Contoh pembelajaran kontruktivisme yaitu kolaborasi siswa membuat peta konsep suatu materi, karena misal seorang siswa sudah membuat peta konsep dan pikirannya sudah mentok, maka agar pemikiran siswa tersebut berkembang maka butuh melihat buku dari berbagai sumber, juga mengajak teman-temannya untuk membuat bersama peta konsep, jadi semakin banyak teman yang meluangkan pikirannya maka akan semakin  berkembang juga pemikiran siswa tersebut
-         -Perbedaan instrumen tools dengan method, ketika yang dibahas mengenai ppt, maka ppt termasuk tools karena merupakan alat untuk membantu siswa melakukan presentasi, observasi juga termasuk tools
-       - Jika seorang guru akan melakukan penelitian untuk mengidentifikasi siswa dalam menggunakan mikroskop untuk mengamati sel, maka metodenya yaitu studi kasus bukan obeservasi, karena observasi termasuk tools bukan metode.
-         -Ciri eksperimen ada perlakuan dan ada pengujian hipotesis, hipotesis  merupakan penjelasan tentatif dari hubungan 2 variabel atau lebih, dilihat dari aspek teoritis. Contoh: (1) guru memberit tugas kepada siswa untuk membaca tentang bab virus, besoknya guru menanyakan kepada siswa, kemudian siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban, jawaban yang dinyatakan oleh siswa tersebut bukan hipotesis, yang dilakukan guru tersebut merupakan pengajaran untuk mengecek kesiapan siswa dalam belajar (prior learning). (2) guru menanyakan kepada siswa, di lingkungan sekolah, tumbuhan apa yang banyak tumbuh, tumbuhan dikotil ataukah monokotil, kemudian siswa menjawab banyak tumbuhan dikotil setelah melihat sekeliling, jawabannya tersebut hanya dugaan bukan hipotesis. (3) guru menanyakan cepat mana yang melakukan fotosintesis, daun tumbuhan berwarna hijau ataukah kuning, kemudian siswa menjawab tumbuhan yang berwarna hijau karena semakin tua semakin cepat proses fotosintesisnya, jawaban dari siswa tersebut termasuk hipotesis karena ada hubungan dua variabel dan berdasarkan teori yang ada. Jadi saat membangun hipotesis landasannya harus dicari dan dibangun dari teori, bukan harus ada pengaruh.
-         -Mengamati dan mengobservasi itu beda, contoh: menonton video bukan termasuk observasi, dikatakan observasi apabila video tersebut dibongkar dan diteliti.
-         -Pembelajaran prosedur termasuk operasional konkret



Sabtu, 04 Maret 2017

TEORI REVOLUSI SOSIO KULTURAL DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


Teori belajar sosiokultural ini dipelopori oleh Lev Vygotsky, teori ini berfokus pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga teori ini menunjukkan bahwa kepintaran seseorang berasal dari masyarakat, lingkungan, dan buadayanya. Jadi perolehan kognitif seseorang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya.

-Kegunaan alat berfikir menurut Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
3. Memperluas kemampuan
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
-Inti dari teori belajar sosiokultur ini adalah penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.

-Teori belajar sosiokultur meliputi tiga konsep utama, yaitu :
a. Hukum Genetik tentang Perkembangan
Perkembangan seseorang melewt 2 tataran yaitu tataran sosial mengenai tempat lingkungan sosialnya yang membentuk kepribadian mereka, dan tataran sosial dalam diri orang tersebut.
Teori sosiokultur ini menyebutkan bahwa lingkungan sosial sebagai faktor utama terhdap pembentukan pengetahuan dan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini bahwa kematangan merupakan prasyarat untuk kesempurnaan berfikir. Secara spesifik, namun demikian ia tidak yakin bahwa kematangan yang terjadi secara keseluruhan akan menentukan kematangan selanjutnya.
b. Zona Perkembangan Proksimal
Zona perkembangan proksimal sebagai jarak antara level perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara individu dan level perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu. Jadi ZPD ini merupakan zona individu dapat belajar dengan teman sebaya, orang dewasa yang lebih ahli dan memiliki kemampuan lebih daripadanya. Sehingga perkembangan anak bergantung pada interaksi sosial yang penuh, di mana keahlian dapat diperoleh dengan bimbingan oraang dewasa atau kolaborasi antar kawan sebaya ataupun orang yang lebih faham melampaui apa yang difahaminya. Jadi yang awalnya tidak bisa menjadi bisa akibat adanya bantuan yang diberi oleh orang lain. Seperti belajar menali sepatu, mengancingkan baju, dll. Terdapat 4 tahapan ZPD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran yaitu :
Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak.
c. Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu, (1) tema mediasi semiotik di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan; (2) scaffalding di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang memang sudah ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan kepada orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.

-Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a. Pendidikan informal (keluarga) : Anak pertama kali memperoleh pendidikan dari keluarganya, jadi lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak dalam memperoleh dan memahami pengetahuan. Oleh karena itu perkembangan perilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya. Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses belajarnya. Misal dibelikan buku bacaan maka orangtua juga harus membantu dan belajar membaca bersama anak.
b. Pendidikan nonformal: Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik, dan menari. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c. Pendidikan formal. Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1. -Siswa yang cannot solve problem bisa belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih nyaman dan lebih terbuka.
-Siswa yang mampu solve problems independently harus ditingkatkan belajarnya 
2. Guru sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan dan remedial pembelajaran. Jadi perhatian guru dipusatkan pada siswa yang belum mampu memecahkan belajar sendiri. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak, bantuan- bantuan ini dikenal sebagai cognitive scaffolding, yang dapat berupa:
·               Pemberian contoh-contoh
·               Petunjuk/pedoman mengerjakan
·               Bagan/alur
·               Langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas
Bantuan-bantuan ini bisa juga diberikan oleh orang dewasa atau teman yang lebih kompeten, hal ini sangat efektif untuk meningkatkan prokdutifitas belajar dalam memahami alat2 semiotik, seperti bahasa, tanda, dan lambing-lambang.

-Berdasarkan teori Piaget, Vygotsky, dan Bandura akan diperoleh beberapa kelebihan dari teori sosiokultural, di antaranya:
a.      anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
b.      pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
c.       pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
d.      anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
e.      proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
-Kelemahan dari teori sosiokultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati.

Teori belajar sosiokultural ini dipelopori oleh Lev Vygotsky, teori ini berfokus pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga teori ini menunjukkan bahwa kepintaran seseorang berasal dari masyarakat, lingkungan, dan buadayanya. Jadi perolehan kognitif seseorang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya.

-Kegunaan alat berfikir menurut Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
3. Memperluas kemampuan
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
-Inti dari teori belajar sosiokultur ini adalah penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.

-Teori belajar sosiokultur meliputi tiga konsep utama, yaitu :
a. Hukum Genetik tentang Perkembangan
Perkembangan seseorang melewt 2 tataran yaitu tataran sosial mengenai tempat lingkungan sosialnya yang membentuk kepribadian mereka, dan tataran sosial dalam diri orang tersebut.
Teori sosiokultur ini menyebutkan bahwa lingkungan sosial sebagai faktor utama terhdap pembentukan pengetahuan dan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini bahwa kematangan merupakan prasyarat untuk kesempurnaan berfikir. Secara spesifik, namun demikian ia tidak yakin bahwa kematangan yang terjadi secara keseluruhan akan menentukan kematangan selanjutnya.
b. Zona Perkembangan Proksimal
Zona perkembangan proksimal sebagai jarak antara level perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara individu dan level perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu. Jadi ZPD ini merupakan zona individu dapat belajar dengan teman sebaya, orang dewasa yang lebih ahli dan memiliki kemampuan lebih daripadanya. Sehingga perkembangan anak bergantung pada interaksi sosial yang penuh, di mana keahlian dapat diperoleh dengan bimbingan oraang dewasa atau kolaborasi antar kawan sebaya ataupun orang yang lebih faham melampaui apa yang difahaminya. Jadi yang awalnya tidak bisa menjadi bisa akibat adanya bantuan yang diberi oleh orang lain. Seperti belajar menali sepatu, mengancingkan baju, dll. Terdapat 4 tahapan ZPD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran yaitu :
Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak.
c. Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu, (1) tema mediasi semiotik di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan; (2) scaffalding di mana seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang memang sudah ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan kepada orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.

-Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a. Pendidikan informal (keluarga) : Anak pertama kali memperoleh pendidikan dari keluarganya, jadi lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak dalam memperoleh dan memahami pengetahuan. Oleh karena itu perkembangan perilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya. Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses belajarnya. Misal dibelikan buku bacaan maka orangtua juga harus membantu dan belajar membaca bersama anak.
b. Pendidikan nonformal: Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik, dan menari. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c. Pendidikan formal. Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1. -Siswa yang cannot solve problem bisa belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih nyaman dan lebih terbuka.
-Siswa yang mampu solve problems independently harus ditingkatkan belajarnya 
2. Guru sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan dan remedial pembelajaran. Jadi perhatian guru dipusatkan pada siswa yang belum mampu memecahkan belajar sendiri. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak, bantuan- bantuan ini dikenal sebagai cognitive scaffolding, yang dapat berupa:
·               Pemberian contoh-contoh
·               Petunjuk/pedoman mengerjakan
·               Bagan/alur
·               Langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas
Bantuan-bantuan ini bisa juga diberikan oleh orang dewasa atau teman yang lebih kompeten, hal ini sangat efektif untuk meningkatkan prokdutifitas belajar dalam memahami alat2 semiotik, seperti bahasa, tanda, dan lambing-lambang.

-Berdasarkan teori Piaget, Vygotsky, dan Bandura akan diperoleh beberapa kelebihan dari teori sosiokultural, di antaranya:
a.      anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
b.      pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
c.       pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
d.      anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
e.      proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
-Kelemahan dari teori sosiokultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati.

Jumat, 03 Maret 2017

REFLEKSI DIRI DAY 10 : LONG TERM MEMORY

Nama : Ira Hayani
NIM : 150341601970
Offr : B

Hari ini kami belajar mendiskusikan mengenai materi teori sibernetik oleh kelompok 4 yaitu Nur, Ludvia, dan Efriani. Kebetulan kelompok kami urutan ke 5, sehingga Anggi yang menjadi moderator dan saya menjadi notulen. Teori sibernetik ini artinya sistem informasi dan berkaitan dengan adanya komunikasi yang menimbulkan feedback atau umpan balik dari siswa. Menurut teori ini proses belajar bergantung pada penyampaian materi oleh guru, jika guru menyampaikan materi dengan menarik dan tidak monoton maka siswa juga akan senang belajar dan menanggapi apa yang diterangkan oleh guru. Sehingga saat siswa tersebut senang dan paham akan materi tersebut, melalui 3 proses yaitu sensory receptor yaitu ketika siswa menangkap dan menerima materi dengan melihat dan mendengar penjelasan guru, kedua working memory, disini siswa akan mulai menyerap materi dan menyimpannya dalam memori, namun disini perhatian siswa ketika penyampaian materi diberikan memiliki waktu terbatas atau rasa bosan, sehingga jika siswa mulai jenuh maka informasi sudah tidak diserap oleh siswa, ketiga yaitu long term memory, yaitu informasi yang diterima akan disimpan dalam memori jangka panjang, sehingga akan melekat terus pada memorinya dan tidak akan pernah hilang. Penyampaian informasi ini bisa verbal melalui lisan seperti ceramah menjelaskan materi, simbol, dan objek nyata seperti model peraga kerangka manusia dan penyampaian informasi yang baik yaitu harus ada

Teori sibernetik menurut Landa ada 2 hal yaitu:
(1) algoritmik: berpikir secara sistematik tahap demi tahap, seperti memahami rumus matematika, prosedur praktikum
(2) heuristik : memahami konsep yang memiliki arti ganda, seperti mengerjakan soal berupa kasus atau masalah yang harus diselesaikan

Langkah dalam implementasi teori ini yaitu dengan menyusun materi yang akan disampaikan sebaik mungkin, dan menyajikannya dengan menarik juga sesuai urutan materi. Aplikasi teori ini yaitu guru harus menyajikan materi dengan sedemikian rupa agar siswa dapat memahai materi, juga jika siswa tidak mampu maka harus ada komunikasi sebagai umpan balik apakah siswa tersebut kesulitan dalam belajar atau mengadakan remidi, sehingga membuat siswa lebih mengetahui kemampuannya dan apa saja yang perlu ia perbaiki agar ia mendapatkan hasil yang bagus jadi adanya komunikasi juga akan membuat siswa otomatis merefleksi keadaanya sendiri.


Nama : Ira Hayani
NIM : 150341601970
Offr : B

Hari ini kami belajar mendiskusikan mengenai materi teori sibernetik oleh kelompok 4 yaitu Nur, Ludvia, dan Efriani. Kebetulan kelompok kami urutan ke 5, sehingga Anggi yang menjadi moderator dan saya menjadi notulen. Teori sibernetik ini artinya sistem informasi dan berkaitan dengan adanya komunikasi yang menimbulkan feedback atau umpan balik dari siswa. Menurut teori ini proses belajar bergantung pada penyampaian materi oleh guru, jika guru menyampaikan materi dengan menarik dan tidak monoton maka siswa juga akan senang belajar dan menanggapi apa yang diterangkan oleh guru. Sehingga saat siswa tersebut senang dan paham akan materi tersebut, melalui 3 proses yaitu sensory receptor yaitu ketika siswa menangkap dan menerima materi dengan melihat dan mendengar penjelasan guru, kedua working memory, disini siswa akan mulai menyerap materi dan menyimpannya dalam memori, namun disini perhatian siswa ketika penyampaian materi diberikan memiliki waktu terbatas atau rasa bosan, sehingga jika siswa mulai jenuh maka informasi sudah tidak diserap oleh siswa, ketiga yaitu long term memory, yaitu informasi yang diterima akan disimpan dalam memori jangka panjang, sehingga akan melekat terus pada memorinya dan tidak akan pernah hilang. Penyampaian informasi ini bisa verbal melalui lisan seperti ceramah menjelaskan materi, simbol, dan objek nyata seperti model peraga kerangka manusia dan penyampaian informasi yang baik yaitu harus ada

Teori sibernetik menurut Landa ada 2 hal yaitu:
(1) algoritmik: berpikir secara sistematik tahap demi tahap, seperti memahami rumus matematika, prosedur praktikum
(2) heuristik : memahami konsep yang memiliki arti ganda, seperti mengerjakan soal berupa kasus atau masalah yang harus diselesaikan

Langkah dalam implementasi teori ini yaitu dengan menyusun materi yang akan disampaikan sebaik mungkin, dan menyajikannya dengan menarik juga sesuai urutan materi. Aplikasi teori ini yaitu guru harus menyajikan materi dengan sedemikian rupa agar siswa dapat memahai materi, juga jika siswa tidak mampu maka harus ada komunikasi sebagai umpan balik apakah siswa tersebut kesulitan dalam belajar atau mengadakan remidi, sehingga membuat siswa lebih mengetahui kemampuannya dan apa saja yang perlu ia perbaiki agar ia mendapatkan hasil yang bagus jadi adanya komunikasi juga akan membuat siswa otomatis merefleksi keadaanya sendiri.


 
- Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template