Sabtu, 04 Februari 2017

Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Nama: Ira Hayani
NIM: 150341601970
Offering: B
Mata Kuliah: Belajar dan Pembelajaran

❤ Teori Belajar Behavioristik ini merupakan teori pembelajaran yang menekankan adanya perubahan tingkah laku yang semakin baik sebagai hasil dari belajar. Jadi pembelajaran yang berupaya membentuk tingkah laku yang diinginkan atau kearah yang positif. 

❤ Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a.Mementingkan pengaruh lingkungan
 -misal: anak yang berada pada lingkungan rumah yang orangtua nya broken home itu akan mempengaruhi cara belajar siswa. Jika orang tua yang tidak bisa mendampingi anak tersebut, kurang komunikasi, dan kurang perhatian maka akan sangat berpengaruh pada perilaku anak tersebut. Anak tersebut jadi kurang disiplin, kurang bersopan santun, dan membuat anak terlalu bebas dalam mengikuti perkembangan jaman dan teknologi.
b.Mementingkan bagian-bagian (elementalistik)
c. Mementingkan peranan reaksi.
d.Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e.Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan
-misal:  saat ujian siswa dibiasakan untuk mengoreksi kembali hasil ujian
g. dalam pemecahan problem, ciri khasnya “trial and
error”.

❤ Teori Belajar Behavioristik menurut beberapa tokoh dan penerapannya dalam Pembelajaran, sebagai berikut:
(1) Teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward Lee Thorndike. Menurut Thorndike (dalam Uno 2006:7) behavioristik atau tingkah laku belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).
Hukum-hukum Belajar dari Thorndike
-Tiga hukum dasar:
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness), jadi contohnya bila siswa telah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian, maka dia tidak akan mencontek pada saat ujian, dan hasilnya dia dapat mengerjakan soal ujian dengan baik. Sedangkan untuk siswa yang tidak belajar maka akan menyebabkan siswa tersebut kesulitan dalam mengerjakan dan menimbulkan tingkah laku buruk yaitu mencontek teman, dan hasil ujianpun mengecewakan siswa tersebut.
2. Hukum latihan ( the law of exercis), jadi semakin sering suatu pelajaran diulangi, maka semakin dikuasailah pelajaran tersebut, dan apabila tidak pernah diulangi, pelajaran tersebut menjadi tidak dapat dikuasai. Contohnya siswa yang sering diajari untuk terampil membuat puisi, maka semakin pandai dia membuat puisi.
3. Hukum akibat ( the law of effect )
Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan.
-Lima Hukum Tambahan
a) Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi.
b) Set atau attitude, situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Jadi misal peserta didik sudah berpikiran negatif tentang guru yang akan mengajar dan tidak menyukai guru tersebut, maka otomatis peserta didik akan tidak menyenangi pelajaran yang diberikan dan tidak dapat menerima pelajaran dengan baik. Jadilah guru yang disenangi peserta didik, maka peserta didik akan menanti kedatangan kalian dan pelajaran yang diajarkan akan diterima dengan senang hati :)
c) Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of elements) yaitu manusia memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam belajar harus diperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan berbeda untuk orang yang berbeda.
d) Prinsip Response by analogy atau transfer of training.
e)Perpindahan asosiasi (Associative Shifting). 

-Revisi Hukum Belajar dari Thorndike
a.Hukum latihan ditinggalkan, karena ternyata pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus dengan respons.
b.Hukum akibat (the law of effect) direvisi, karena ternyata pemberian hadiah seperti mendapat bintang atau point tambahan akan meningkatkan hubungan, tetapi jika diberi hukuman tidak menimbulkan efek apapun.
c. Belongingness, yaitu terjadinya hubungan stimulusrespon bukannya kedekatan, tetapi adanya saling
sesuai antara kedua hal tersebut.
d. Spread of effect, yaitu bahwa akibat dari suatu perbuatan dapat menular. Contohnya jika guru mencontohkan perilaku buruk seperti memukul siswa, maka secara tidak langsung perilaku tersebut akan ditiru oleh siswa.

(2) Teori belajar classical conditioning dengan tokoh Pavlov. Jadi kondisi lingkungan kelas mempengaruhi cara belajar siswa. Misal mata pelajaran matematika yang umumnya tidak disukai oleh siswa, tetapi apabila diajarkan oleh guru yang baik dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari maka siswa akan menyukai mata pelajaran matematika.

(3) Teori belajar Descriptive behaviorism atau operant conditioning dengan tokoh Skinner. Menurut Skinner behavioristik atau tingkah laku belajar adalah dengan menganggap reward, hadiah atau penguatan sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Jadi hasil belajar diumumkan kepada siswa, jika salah dibetulkan atau diberi remidi, jika benar diberi penguat atau hadiah. Sehingga dalam proses pembelajaran, tidak digunakan
hukuman, karena adanya hukuman akan membuat siswa menjadi takut untuk berpendapat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
- Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template